Hari ini Valentine. Seonghwa sudah mempersiapkan diri untuk mengutarakan rasa sukanya pada anak kelas sebelah, San.
Ia tau resiko yang harus diambil, kalau ia ditolak, ya dia sendiri yang tanggung perasaannya. Kalau diterima, ya senang-senang.
Kini dirinya tengah berada di depan loker milik San, memegang secarik kertas berisi curahan hatinya. Tangannya gemetar karena gugup.
Ia sudah suka teman seangkatannya itu sejak satu setengah tahun lalu. Tapi ia tahu kalau San menyukai seseorang. Ia melakukan ini hanya untuk melegakan hatinya. After-effect urusan belakangan.
San berjalan ke arahnya dengan muka datarnya, yang terkesan judes. “Minggir, ini loker gue,” titahnya.
Seonghwa menggeser dirinya dari hadapan San.
“S-San,” panggilnya. Hanya dibalas dehaman oleh sang lawan bicara.
“Ini, ambil,” Seonghwa menjulurkan tangannya, memberikan kertasnya untuk dibaca San. Sementara San yang menerima hanya memasang muka bingung.
Setelah membaca suratnya, San angkat bicara, “Maaf, gue gabisa bales perasaan lo, gue udah ada Wooyoung. Tapi makasih.” San mengembalikan suratnya.
Seonghwa yang mendengarnya langsung murung. “Ah, sama-sama..”
Ia berjalan meninggalkan San, menyobek kertas yang ia pegang, kemudian dibuang ke tong sampah yang ia lewati. Ia ingin pulang.
Meskipun dirinya tau seberapa besar peluang akan ditolak, tetap saja ia sedih. Ya tapi, hatinya jadi sedikit lega sekarang.
Hari Valentine yang buruk.
Hongjoong yang sedang berjalan sendirian di lorong melihat Seonghwa yang berjalan dengan lesu. Merasa agak khawatir, Hongjoong berlari menyusul Seonghwa.
“Hwa,” panggilnya.
“Hm?” Seonghwa menoleh, mukanya tidak berekspresi.
“Lu kenapa?” tanya Hongjoong.
“Gapapa, Joong. Cuma agak badmood aja,” jawab Seonghwa, kembali menatap ke depan.
Hongjoong hanya mengangguki jawaban temannya itu. Ah, bukan teman, crush.
Hongjoong telah menyukai Seonghwa sejak mereka SMP, sekarang mereka kelas 11. Dan kebetulan satu SMA, jadi Hongjoong tetap senang bisa melihat gebetannya, meskipun dari jauh.
Kadang mereka pun berinteraksi, tidak bisa dibilang sering karena kelas mereka yang dipisah. Tapi lewat berinteraksi tersebut Hongjoong bisa merasa senang.
Hari ini hari Valentine, ia ingin mengutarakan perasaannya yang telah ia rasakan selama 3 tahun terakhir.
Kata orang sih, suka tidak mungkin sampai selama itu, namanya sudah cinta kalau begitu.
Namun Hongjoong kurang yakin dengan itu.
Melihat Seonghwa yang murung membuatnya tidak tahan, ia ingin membuat orang yang disukainya itu bahagia.
“Ehm, mau jalan-jalan ga?” tawarnya.
Seonghwa berpikir sebentar. Mungkin dengan jalan-jalan bisa menaikkan sedikit moodnya.
Akhirnya Seonghwa mengangguk.
Melihat anggukan Seonghwa membuat Hongjoong tersenyum, kemudian menarik tangan Seonghwa agar berlari keluar dari gedung sekolahnya.
Hongjoong mengajaknya ke sebuah arcade game. Sudah lumayan lama juga dirinya tidak ke tempat seperti ini.
Hongjoong menghampiri Seonghwa setelah membeli saldo untuk kartu mainnya. “Nah, mau main apa?” tanyanya.
“Ehm..” Seonghwa melihat ke sekitar, kemudian atensinya tertuju pada sebuah mesin boneka.
“Mau boneka,” pintanya dengan nada manja. Membuat Hongjoong menahan gemas mendengarnya.
“Yang mana? Nih, bawa aja kartunya,” Hongjoong memberikan kartunya ke Seonghwa, yang kemudian dibawanya pergi ke salah satu mesin boneka yang ada. Hongjoong hanya mengikuti.
Percobaan pertama gagal. Bibirnya langsung mem-pout lucu. Hongjoong hanya tertawa kecil melihatnya.
“Coba lagi aja,” kata Hongjoong melihat tatapan Seonghwa yang memelas sambil memegang kartunya—mengode.
“Yey!”
Seonghwa langsung menggesek kartunya, lalu setelah mesinnya menyala, ia langsung menggerakkan tuas menuju boneka kucing disana. Setelah dikiranya sudah dalam posisi yang sempurna, ia langsung memencet tombol merah.
Capit perlahan turun, lalu mencapit bonekanya. Seonghwa hanya melihat dengan mata berbinar, berharap bonekanya akan ia dapatkan.
Hongjoong tidak memerhatikan bonekanya, ia hanya memerhatikan Seonghwa. Lucu, pikirnya. Melihat Seonghwa tersenyum membuatnya ikut tersenyum.
Ctuk
Bonekanya jatuh, tidak masuk ke lubangnya, jatuh di pinggiran di samping lubangnya malah.
Binar di mata Seonghwa meredup, bibirnya kembali manyun imut. Kemudian menatap Hongjoong lagi dengan melas.
“L- Kam- L-Lu aja, Joong,” pinta Seonghwa terbata.
Kalau sedang mode manja biasanya ia berbicara menggunakan aku-kamu. Tapi karena ini dengan Hongjoong, yang ia pun merasa kurang dekat, jadi bimbang.
“Hahaha, pake aku-kamu aja, santai,” jawab Hongjoong, kemudian mengambil kartu yang berada di samping tuas, lalu bertukar tempat dengan Seonghwa.
“Yang mana tadi?” tanya Hongjoong.
“Itu, yang kucing di samping lubang keluarnya,” Seonghwa menunjuk boneka yang dimaksud. Hongjoong mengangguk mengerti.
Menggesekkan kartu, mengarahkan tuas, tapi tidak simetrikal tepat di atas si boneka. Melihatnya membuat Seonghwa heran.
“Kok ga ngarahin pas ke bonekanya?”
“Ssssttt, diem dulu,” ucap Hongjoong, lalu memencet tombol merah, menurunkan capit ke boneka di samping boneka yang diinginkan Seonghwa.
“Kok-”
Capitnya mulai terangkat, namun menyenggol boneka yang Seonghwa inginkan hingga masuk ke lubangnya.
Ctek
Hongjoong turun untuk mengambil boneka yang Seonghwa maksud, kemudian langsung diberikannya.
Seonghwa menerimanya dengan senang hati, “Makasih, Joong-ie-ya!”
“Masama, mau main apalagi?” tawar Hongjoong.
“Hmmm, main apa ya..” Seonghwa melihat sekitarnya lagi, mencoba mencari permainan yang seru untuk dimainkan berdua.
“Ah, itu aja, tembak-tembakan air,” Seonghwa menunjuk ke salah satu mesin. “Ya?”
“Okee.” Hongjoong berjalan mengikuti Seonghwa, lalu mereka bermain sampai bajunya agak basah.
Beberapa menit kemudian, Seonghwa tengah berada di sebuah stand makanan— stand es krim. Memesan dua untuk dia dan Hongjoong.
Tadi mereka sudah bermain hoki meja, balap-balapan, tembak-tembakan, dance pump juga, sampai capek. Sempat berfoto ria di dalam sebuah photobox. Sekarang bonekanya tengah ia titipkan ke Hongjoong yang menunggu.
Setelah menerima es krim untuk berdua, ia menghampiri Hongjoong. “Nih, makasih ya,” ucapnya.
Mendengar ucapan makasih yang terlontar dari Seonghwa membuatnya bingung, kan harusnya ia yang mengucapkan itu.
“Kok? Harusnya aku dong yang bilang makasih?” tanyanya sambil menerima es krimnya dan memberikan bonekanya.
“Heem, makasih aja, bikin moodku naik, hehehe,” Seonghwa duduk di hadapan Hongjoong.
“Ohh, heem, masama. Makasih juga,” balas Hongjoong.
“Kenapa?” Seonghwa nanya balik.
“Makasih aja,” balas Hongjoong singkat.
Mendengarnya Seonghwa hanya mengangguk, meskipun bingung.
“Joong, tadi itu sebenernya aku abis confess ke crushku,” ucap Seonghwa tiba-tiba. Hongjoong menatap bingung.
“Iya, terus aku ditolak,” lanjut Seonghwa.
Mendengar pernyataan Seonghwa barusan entah kenapa membuatnya merasa lega, agak jahat memang.
“Terus kamu dateng, ngajak aku main, moodku yang awalnya jelek jadi naik karena kamu,” Seonghwa menatap Hongjoong, “Makanya aku tadi bilang makasih ke kamu.”
Hongjoong tersenyum mendengarnya.
“Heem, masama. Aku ikut seneng kalo kamu seneng, Hwa.” Hongjoong memainkan sendok es krimnya sambil menghela napas, ia ingin confess.
“Eum, Hwa, sebenernya aku suka sama kamu. Udah dari kita SMP sih.. Aku gatau kalo rasa sukaku bakal bertahan lama begini. Liat kamu ketawa seneng aja bikin aku seneng, liat kamu sedih aku ga tega, pengen bikin senyum kamu merekah lagi. Aku suka liat senyummu.” Hongjoong menatap Seonghwa, “Kalo kata orang sih, udah cinta namanya. Tapi aku kurang yakin juga.”
Seonghwa merasa dadanya berdegup, padahal bukan dia yang confess.
“Kamu belum suka ya sama aku?” tanya Hongjoong.
“Ng-nggatau.. Dagdigdug masa..” tutur Seonghwa.
Hongjoong tersenyum kecil, “Aku bisa buat kamu cinta meski kamu ga cinta. Ga mesti pacaran langsung, kita bisa temenan biasa, tapi dengan bubuk mesra~” goda Hongjoong.
Seonghwa bingung mau membalas apa, alhasil ia hanya diam sambil memainkan sendoknya.
“Gaharus kamu paksa, kita pelan-pelan aja ya. Yang jelas kutau aku sayang kamu, Hwa,” Hongjoong senyum. Seonghwa yang melihatnya merasa perutnya tergelitik.
Belum pernah ada orang yang menyukainya, setiap kali ia suka pada orang, pasti orang itu akan menolak perasaannya. Baru kali ini ia merasa disukai oleh seseorang.
Ya.. Mungkin bisa pelan-pelan dulu.
Benar-benar hari Valentine yang indah.