Dapur
Seoho ditinggal sendirian di dorm. Sendirian. Hanya dibekali dengan sisa makanan yang masih ada di meja makan.
“Kami tinggal dulu ya. Kalo ada apa-apa tinggal telpon.”
Begitu yang diucapkan oleh sang member tertua sebelum menutup pintu dorm dan keluar.
Seoho beranjak bangun dari sofa, kemudian mematikan tv dan lampu ruang tengah dorm mereka. Ke dapur untuk memasukan bubur tadi ke dalam plastik lalu dibuang ke tong sampah. Mencuci piringnya dan menaruhnya di rak piring. Mengeringkan tangannya dengan tisu kemudian membuang tisunya ke tong sampah juga. Mematikan lampu dan berjalan menuju kamarnya ketika merasa kantuk yang sudah tidak bisa ditahan.
Ia terbangun sekitar jam 03.47—kalau bangun di jam 03.00-05.00 tanpa ada yang membangunkan, itu berarti ada yang mengawasinya. Entah kasat mata atau tidak.
Merasa tenggorokannya kering, ia menyibak selimut, meski ada rasa takut yang mengganjal di hatinya, ia mencoba mengabaikannya dulu.
Menengok ke kasur sebelahnya, ada Hwanwoong disitu. Menghela napas lega ketika tau member lain sudah pulang tadi malam.
Membuka pintu perlahan kemudian menyelip keluar, lalu menutup kembali pintu kamarnya. Berjalan menuju dapur yang sudah gelap gulita.
Berjinjit sedikit untuk mengambil gelas yang letaknya lebih tinggi dari dirinya. Kemudian mengambil air putih dingin dari dispenser. Meminumnya sambil berdiri di pinggir meja makan.
Tiba-tiba pupilnya menangkap sosok perempuan—menggesekkan kukunya di tembok sambil berjongkok. Memberanikan diri menghampiri sosok itu, namun belum selangkah, sosok itu sudah lebih dulu memutar kepalanya dan berdiri. Mata sipitnya membulat ketika melihat wujud sosok itu.
Sebelah matanya mengantung di luar, juga yang satunya bolong—mengucurkan darah seperti air terjun. Mulutnya sobek dari ujungnya sampai ke pipinya yang juga mengeluarkan darah. Rambut hitamnya tergerai panjang.
Seoho ingin sekali rasanya kabur ke kamarnya, namun kakinya seperti ada yang menahannya. Menahannya untuk menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kepala sosok itu terjatuh dari tempatnya dan menggelinding di lantai. Darahnya mengucur kemana-mana. Tiba-tiba sosok itu tertawa dengan suaranya yang melengking—membuat Seoho ketakutan setengah mati dan langsung berlari menuju kamarnya. Mengunci pintunya rapat-rapat. Menggulung diri di dalam selimut sambil menangis sesenggukan karena ketakutan.
Bukannya keadaan semakin membaik, malah semakin seram. Vas-vas yang—kedengarannya ada di kamarnya, pecah—dijatuhkan dengan sengaja.
Kakinya—ada yang menarik kakinya. Seoho berusaha melepaskan tarikan itu dengan menendang-nendang kakinya ke segala arah, berharap kakinya dilepaskan dari cekalan itu.
Ketika dirasa semua sudah mulai tenang, ia membuka mata—menemukan wajah sosok tersebut tepat di depan wajahnya. Spontan dirinya langsung berteriak dan langsung menarik selimutnya.
Namun, bukannya suara tawa melengking sosok itu, malah yang terdengar adalah suara dalam Geonhak.
Mengeluarkan diri dari selimutnya kemudian menggerutu tidak jelas ketika melihat ada Youngjo, Geonhak juga Hwanwoong yang sedang menertawakannya.
“HAHAHAHA—harusnya kamu liat mukamu Ho, HAHAHA—Lucu abis!!” ucap Geonhak disela tawanya.
“HAHA—bener kata Geonhak, harusnya tadi aku membawa kamera—HAHAHA!!” Youngjo menyahuti ucapan Geonhak.
“HAHAHA—Aduh, sakit perut—HAHAHA—tapi tadi tendanganmu keras juga, Ho,” keluh Hwanwoong.
“J-Jadi—Kalian, d-dari tadi usilin aku?” tanya Seoho masih ketakutan.
“Iya,” jawab mereka serempak.
“Tadi yang di dapur juga?” tanya Seoho lagi.
Tapi ketiga orang itu hanya diam, bingung.
“Maksudnya?” tanya Hwanwoong.
“Kita tadi gak ke dapur kok. Ya kan, Jo?” Geonhak bertanya kepada Youngjo yang diangguki oleh si madnae.
“B-Beneran..?” tanya Seoho memastikan.
“Beneran,” angguk mereka bertiga.
“Ya, kan tadi aku liat kamu keluar kamar, Ho. Yaudah, aku ajak Youngjo masuk. Trus juga bangunin Hwanwoong—meskipun agak susah— buat ikutan nakut-nakutin kamu, Ho. Kita udah siap-siap di pojokan pas denger derap kaki lari-lari. Trus kamu tutup pintunya, ya begitu terus. Hwanwoong yang narikin kakimu, aku yang mecah-mecahin vas yang udah gak kepake, Youngjo yang jadi setannya,” Geonhak menceritakan kronologisnya, mendudukan dirinya di sebelah Seoho, “emang kenapa Ho?”
“K-Kalian serius—gak ada yang di d-dapur?” Seoho bertanya ulang. Masih diangguki ketiga orang itu.
Setelah merasa dirinya sedikit lebih tenang, ia menceritakan apa yang terjadi tadi di dapur. Seketika wajah Youngjo dan Hwanwoong langsung pucat pasi. Tapi tidak sepucat Geonhak.
“M-Maksudmu.. sosok yang lagi gesek-g-gesekin k-kukunya di tembok i-itu..?” Youngjo bertanya dengan tergagap sambil mengarahkan telunjuknya ke arah yang ia maksud.
“Mana—?” Belum sempat menjawab, wajah Geonhak langsung pasi. Diikuti dengan wajah Seoho dan Hwanwoong.
Kemudian mereka berempat berteriak histeris ketika kejadian yang menimpa Seoho di dapur terulang lagi tepat di depan mereka.