hujan


gemuruh petir terdengar dari luar gazebo depan kampus yang mereka tempati sekarang. membuat dongju merasa takut.

ia sendirian di sini.

eh, ada geonhak juga. temannya. bisa dibilang dekat, sangat dekat. tapi ia tampak tidak peduli.

dongju mengusap-usap tangannya seraya berusaha mengusir hawa dingin.

awan makin gelap menutupi langit. suara gemuruh dan kilatan cahaya petir nampak dimana-mana.

jujur saja, ia takut dengan hujan.

kenapa? ntah.

ah, suasana semakin dingin. jaket yang dipakainya kurang tebal, membuatnya tetap kedinginan juga.

andai ada sebuah pelukan yang bisa menghangatkannya.

ia sendiri saja sudah lupa bagaimana rasanya dipeluk. keluarganya.. distant. bahkan untuk meminta hal sesimpel ini pun dihalangi oleh gengsi yang tinggi.

“heung.. dingin..” gumamnya. masih meniup-niup dan menggosokkan kedua tangannya.

srek

tangan?

tangan siapa yang melingkar di pinggangnya?

ia melihat ke bawah, menyadari bahwa itu adalah tangan milik geonhak.

“kenapa?” tanyanya.

“apa? apanya kenapa?” tanya geonhak balik.

“kenapa, kok tiba-tiba meluk?” dongju memperjelas ucapannya.

“hm.. tadi kamu bilang kedinginan kan? yaudah kupeluk aja. lagipun pelukan bisa menghantarkan kehangatan,” jelas geonhak.

dongju terdiam.

iya, terasa hangat.. meskipun hanua dari belakang tapi sudah terasa hangat.

tapi ia bingung, bagaimana bisa geonhak tau ia ingib dipeluk?

“anggap aja aku bisa baca pikiran, hehe,” geonhak berucap, seolah menjawab pikiran dongju.

”..oke.”

kemudian keadaan menjadi hening. hanya diisi suara-suara geledek dan petir dari langit.

“takut..” gumamnya.

“kenapa?” tanya geonhak.

“gatau, takut aja..”

mendengarnya geonhak yakin kalau ia hanya merasa kesepian. ia hanya butuh pelukan untuk menenangkannya.

dan disinilah dia, berusaha menenangkannya.

geonhak membalik tubuh dongju kemudian langsung mendekapnya dalam pelukannya.

tiba-tiba sekali, menurut dongju.

suatu hal yang mustahil ia dapatkan di rumahnya.

saat itu pula hujan mulai turun dengan derasnya. sama derasnya dengan air mata dongju.

iya, ia menangis.

semua perasaannya menjadi satu.

takut karena hujan, sedih karena oa merasa dirinya memang menyedihkan, senang karena akhirnya ia mendapatkan sebuah pelukan.

“makasih.”

“masama. udah, puasin aja nangisnya, ada aku disini.”


—끝