Pilih mana, kak


Chapter 1


Sering disapa sebagai si kembar Son, Dongmyeong dan Dongju memliki banyak teman akrab di kampusnya. Keduanya memiliki paras yang cukup netral— tampan iya, cantik juga iya. Maruk memang.

Dongmyeong, memiliki kepribadian yang cukup ceria, mudah tertawa. Pandai bermain alat musik juga, terutama keyboard dan semacamnya. Di kampusnya ia memiliki sebuah band kecil bersama keempat temannya yang lain. Pada dasarnya ia dan Giwook—bassist grup band-nya— adalah matahari di grup mereka.

Dongju, mirip seperti kembarannya, kepribadiannya juga cukup ceria dan friendly ke siapa saja. Bahkan kadang suka manja ke salah satu katingnya. Untungnya mereka akrab, karena orang-orang mungkin akan takut duluan bila bertemu dengan kating kesayangannya itu.

Iya, Kim Geonhak yang dimaksud.

Sekarang mereka semua berada di ruang latihan grup mereka. Bersebelas tentunya. Ada Jin Yonghoon sang vokalis grup band mereka, Harin drummer handal, dan Giwook sang bassist imut.

Juga ada Geonhak, Dongju, Seoho, Keonhee, Youngjo serta Hwanwoong bernyanyi mengikuti alunan musik dari kelima orang tadi.

Beberapa menit berselang, akhirnya latihan mereka selesai. Mereka tengah mempersiapkan festival kampus mereka, dan memutuskan untuk melakukan kolaborasi bersebelas.

“Asik, tadi udah bagus, tinggal pertahanin aja sampe hari H ya, kawan semua,” Keonhee membuka suara yang diikuti anggukan setuju dari yang lainnya.

Dongmyeong tengah membereskan keyboard-nya ketika sebuah tangan berotot memasuki area pandangnya.

“Sini gue bantu,” kata orang itu.

Ya, Kim Geonhak. Fisiknya yang atletis sangat berkontradiksi dengan wajahnya yang cenderung imut. Tapi dia sendiri tidak mau dibilang imut jadi ya begitu lah dia. Makin denial makin imut, menurut lainnya.

Dongmyeong merasakan jantungnya berdegup kencang. Senang? Tentunya. Apa lagi kalau dibantu crush, siapa yang gak senang sih?

“A-ah iya, itu taro di pojokan aja, gue nyabut kabelnya,” respon Dongmyeong. Kemudian terdengar Geonhak menggumam oke sambil tersenyum.

Ahh rasanya ingin meleleh saat itu juga.

Hanya saja mereka tak sadar bahwa ada dua pasang mata tengah memerhatikan mereka.


“Kak Hak, temenin ke toko buku yuk nanti sore?”

“A—” Belum sempat menjawab, omongannya terpotong karena ada beban yang lumayan berat hinggap di tubuhnya.

Oh, Dongju.

Maksudnya ada manusia imut tiba-tiba bergelendotan di pundak kirinya Geonhak. Kembarannya yang mengajak bicara dia sekarang ini.

“Kak Hakkk, udah nonton bioskop yang baru blom?” tanyanya, tidak menggubris kehadiran orang di depan pemuda yang dipeluknya.

“Belom, ga sempet nontonnya,” jawabnya.

“Yaudah mau bareng ga? Aku beli tiket malah kelebihan satu tapi gatau mau ngajak siapa..”

“Lah ini kembaranmu?” balas Geonhak sambil nunjuk Dongmyeong.

“Lah iya juga ya, anjing, gue ga kepikiran,” batin Dongju.

“Maunya sama Kakak.”

“Loh?”

“Hah”

“Lah”

“Maunya sama Kakak. Perlu diulang berapa kali?” tekan Dongju. Tatapannya menajam tapi masih menggemaskan. Geonhak sebenarnya ingin melebur kalau begini caranya.

“Emang kenapa? Itu ada kembaranmu kan bisa ngabisin waktu berdua.”

“Bosen atuh kak, di rumah kan udah bedua mulu.”

“Hoo iya juga.”

“Lagian Kakak juga udah kayak abangku sendiri, jadi.. ya lebih nyaman,” tambahnya dengan senyum sumringah.

Crack

“Oh.. Brother-zoned ya..”

“Lah gue kan kembaran lo...”

Dua batin dengan isi yang berbeda, namun sama-sama meretak hatinya.

“Oh.. Yaudah ayo. Langsung nih??” tanya Geonhak yang dijawab anggukan Dongju.

“Dding, maaf ya gabisa nemenin lo, gue duluan,” pamit Geonhak, masih dirangkul— lebih seperti dipeluk sih— oleh Dongju.

“Iyaa gapapa, santuyy! Enjoy yaa!”

”... Kalian berdua keliatan cocok juga lagian, kenapa ga pacaran aja coba.”