Geonhak mengikuti Dongju yang berjalan balik ke dorm mereka.
Ia memperhatikan Dongju dari atas ke bawah. Tatapannya tertancap pada sesuatu yang menonjol di celananya.
Benar saja, ia berhasil membuat pacarnya tegang.
Senyum miring tertampang jelas di wajahnya. Merasa senang dan bangga telah menggoda pacarnya. Ia tak sabar bermain lagi dengannya nanti.
Di sisi lain, Dongju sedang menggerutu kesal sambil menenteng tasnya.
Kejantanannya tegang karena permainan Geonhak tadi. Dan karena didiamkan saja, alhasil sekarang menjadi agak nyeri.
Ah, sialan pacarnya itu.
Gaya berjalannya saja ia usahakan terlihat normal. Takut dicurigai yang lain. Meskipun begitu, celananya tetap saja menunjukkan jiplakannya yang ambigu.
Sesampainya di kamar, ia bernapas lega. Harus secepat mungkin menyelesaikan ini, sakit.
Menaruh tasnya di mejanya, kemudian mengambil handuk. Ia mau menyelesaikan ini sekaligus mandi.
Sebelum masuk ke kamar mandi, ia dikejutkan dengan kehadiran Geonhak di depan pintu kamarnya. Geonhak melangkah masuk, kemudian menutup dan mengunci pintu.
Lagi-lagi Dongju menggerutu kesal. Kenapa harus ada dia di sini?
“Mau kubantu ga?” tawar Geonhak. Matanya menunjuk pada celana Dongju yang menggembung.
Dongju langsung menggeleng, berusaha mengusirnya. Ia tak mau dibantu karena masih merasa gugup dan malu dengan kejadian di ruang latihan tadi.
Ia pun bingung, apa yang membuat Geonhak begitu menginginkannya malam ini? Biasanya tidak seperti ini.
Geonhak makin mendekati Dongju, membuat Dongju berjalan makin mundur sampai menabrak tembok di belakangnya.
Tatapan Geonhak benar-benar berkabut. Sarat akan nafsunya.
Dia tidak sedang mabuk, kan?
Tidak, ah. Kalau mabuk biasanya wajah kekasihnya itu akan sedikit memerah.
Dongju merasa pasrah di dalam kukungan Geonhak. Auranya begitu mendominasi, ia jadi merasa terintimidasi.
Tanpa basa-basi, Geonhak langsung melahap bibir Dongju, membuat si empunya terkejut sampai menahan napasnya.
Tangannya perlahan naik menggantung di leher Geonhak, meremat rambutnya. Bibirnya mengikuti gerakan sang dominan. Sebenarnya, ia juga merasa tidak sabar.
Dengan boner yang dari tadi menyiksanya, membuat kepalanya terasa makin pusing.
Jemarinya menyisir dan meremat rambut Geonhak, sekali-kali melenguh pelan karena Geonhak yang bermain di dalam mulutnya. Pinggulnya ia gesekkan dengan milik Geonhak. Ia benar-benar termakan nafsunya.
Suasana kamar yang ber-AC terasa makin panas karena sesi make out mereka. Napas keduanya terengah ketika melepas pagutan satu sama lain. Saling menatap ke dalam netra masing-masing yang tertutupi nafsu.
Kali ini Dongju yang kembali menyatukan kedua bibir mereka, menarik kerah baju Geonhak dengan paksa. Geonhak tentu saja tidak kaget, ia tahu kekasihnya itu sangat ingin melakukannya. Lagi pula Geonhak sendiri yang memulainya.
Tangan Geonhak yang sedari tadi memegang pinggang Dongju mulai merambat keatas perlahan-lahan. Menyelinap masuk ke dalam bajunya, meraba perut rata kekasihnya.
“Hnghh-” Lenguhan pelan keluar dari mulutnya. Badannya menegang karena sentuhan Geonhak yang seperti mrnghantarkan listrik-listrik kecil. Napasnya semakin berat dan tertahan, membuat dirinya merasa sesak dengan posisi berciuman seperti ini.
Ciuman Geonhak menurun ke dagu Dongju, kemudian turun lagi ke lehernya, membuat si empunya menahan napasnya lagi.
“Nnhh,” Dongju melenguh lagi. Ia merasa sangat sensitif di bagian lehernya— yang membuat Geonhak senang menggodanya di bagian itu.
Rematan Dongju menguat memegang helaian rambut Geonhak. Napasnya makin tersengal-sengal, wajahnya makin memerah, juga terasa panas.
Geonhak pindah lagi menciumi bagian tulang selangkanya. Menyesapnya bagaikan menyesap madu. Ia jilat layaknya anak kucing, kemudian ia hisap lagi sampai muncul bercak keunguan.
“Ahh- s-susah ilang in-i- hmhh,” ucap Dongju disela lenguhan tertahannya. Yang lagi-lagi, tak dihiraukan Geonhak.
Ia masih menciumi dan menghisapi collarbone Dongju. Meninggalkan bercak keunguan dan kemerahan berbagai ukuran di kedua sisi collarbone-nya.
Tanpa aba-aba, Geonhak tiba-tiba mengangkat Dongju, membuat Dongju memekik tertahan.
Dibawanya ke kasur milik Dongju. Kemudian dihempaskan pelan membuat Dongju menahan napasnya lagi.
Geonhak melepaskan celana serta boxer yang dipakai Dongju, membiarkan membernya berdiri tegak dihadapannya.
Geonhak mengecup pucuk kepala penis milik Dongju, yang lagi-lagi mengeluarkan lenguhan tertahan. Tangannya memegang bagian bawah penisnya, dikocok dengan sangat pelan, membuat Dongju menggeram frustasi.
Ia ingin gerakan yang lebih cepat.
Tanpa disadari Dongju menggerakan pinggulnya naik turun, seketika Geonhak terkejut karena ketidaksabaran pacarnya itu.
Geonhak pun melepas celananya sendiri, menunjukan penisnya yang tegang dengan bangga.
Geonhak sekarang berada di atasnya, menyisir rambutnya sebentar sambil menatap netra coklat gelap milik Dongju— yang semakin gelap karena nafsu.
Pemandangan di atasnya begitu.. seksi dan vulgar. Membuat Dongju yang menyaksikan merasa semakin panas.
Wajah Geonhak semakin mendekat ke wajahnya, kemudian menyatukan kedua bibir mereka, memagutnya perlahan sebagai pengalih perhatian. Sementara tangan Dongju kembali meremat rambut blonde milik Geonhak.
Perlahan, lubang Dongju mulai dibobol masuk. Dongju menekukkan jemari kakinya, meremas rambut Geonhak semakin kencang, punggungnya membusur ke atas, matanya menutup kencang dengan alis yang menukik tajam. Ia berusaha menahan desahannya, tapi tetap saja lolos.
Geonhak mulai menggerakkan miliknya perlahan sambil menciumi leher Dongju.
“Lebi-hh cep-ett, ahh,” pinta Dongju tidak sabaran, yang tentu saja langsung Geonhak kabulkan.
Gerakannya yang awalnya lambat, sekarang menjadi semakin cepat, menumbuk titik manis milik Dongju berkali-kali hingga sang submisif menangis keenakan.
Desahan dan lenguhan Dongju mengisi kamar dengan diikuti suara kulit yang saling bertemu secara konstan.
Dongju mengeluarkan cairannya tanpa memberitahukan Geonhak. Menyebutkan nama kekasihnya saat ia telah mencapai klimaks disela desahannya. Mengotori kaos hitamnya dan juga kaos putih yang dipakai Geonhak. Kemudian ia melemas karena lelah.
Dongju menatap Geonhak dengan matanya yang sendu, masih mencoba mengumpulkan napas agar ia bisa berbicara lancar padanya. “Kamu belum keluar loh..” ucapnya agak khawatir.
“Nggapapa ini,” jawab Geonhak dengan suaranya yang dalam. yang membuat Dongju merinding. Padahal ini bukan pertama kalinya mendengar suara Geonhak yang seperti itu.
“Sini, mau kubantu?” Dongju menawarkan, berusaha bangun dari posisinya, namun ditahan Geonhak. Penis Geonhak dan lubangnya masih menyatu di bawah sana, agak susah bergerak juga jadinya.
“Beneran, mau lagi?” bisik Geonhak, yang dibalas anggukan pelan oleh Dongju.
“Nungging,” titahnya. Dongju pun mengubah posisinya sesuai dengan apa yang diperintahkan. Masih dengan penis dan lubang yang masih menyatu.
Gesekannya membuat Geonhak mendesah tertahan. Kejantanannya dipijat oleh dinding rektum milik Dongju.
Geonhak pun menindih Dongju, kemudian mengulum telinga Dongju secara tiba-tiba, membuat Dongju mengepalkan tangannya erat.
Ia mulai bergerak lagi. Tapi kali ini langsung secara kencang dan cepat. Menubruk titik manis Dongju secara konstan.
Bibirnya pindah menciumi leher belakangnya, bagian paling sensitif setelah titik manis Dongju.
Dongju merasa pusing karena stimulasi yang ia dapatkan. Ia terlalu sensitif— terutama lehernya. Lenguhannya semakin kencang di setiap tubrukan. Kemudian ia mencapai klimaks lagi, berbarengan dengan Geonhak yang langsung mengeluarkan cairannya setelah ia menghantam g-spot Dongju untuk yang terakhir kalinya.
Dongju memejam matanya erat, merasakan cairan hangat yang mulai mengisinya di bawah sana.
Cairan milik Geonhak menetes keluar ketika Geonhak menarik miliknya. Mengalir di paha dalamnya membuat dirinya melenguh tertahan lagi.
Dongju langsung merebahkan diri. Pinggul dan pinggangnya terasa lelah, terlebih lubangnya, penuh.
“Maaf, ya, kasar banget ya?” tanya Geonhak khawatir sambil berbaring di samping Dongju.
“Engga kok,” jawab Dongju, ia masih mengatur nalasnya yang dari tadi tersengal-sengal.
”..Oke, pokoknya maaf, ya. Aku yang mulai duluan, pasti kamu tadi agak ngerasa risih,” ucap si lawan bicara sambil mengelus rambutnya yang memanjang.
“Hmm.. Ga terlalu sih..” Dongju menjawab sambil memejamkan matanya.
“Maaf,” ucap Geonhak lagi.
“Gapapa, sayanggg,” jawab Dongju geram.
Kemudian keheningan mengisi kamar, Geonhak mencoba berbicara lagi dengan Dongju, “bukannya tadi mau mandi?”
Namun tak ada jawaban sama sekali, ia menengok ke sebelahnya, menemukan Dongju yang sudah terlelap karena kelelahan.
Geonhak hanya terkekeh menatap wajah Dongju yang terkesan polos ketika tidur, berbanding terbalik dengan ekspresinya tadi.
Geonhak pun mengecup kening Dongju, “Selamat tidur, sayang.” Kemudian ia ikut menyusul Dongju ke alam mimpi.
end.
OKE FIX INI BENERAN END KOK AJDJSJHDHS MAAP BGT INI TLLU VULGAR TRS GAJE BGT UEUEUE MAAP🙏 MET MALEM YA MIMPIIN DOSYON NANINU HEHE😉