Dekapan.

Lanjutan dari oneshot 'Hug, spesial valentine' kemarin.


Youngjo berjalan menyusuri trotoar yang sepi pejalan kaki. Pikirannya tengah berkelana untuk memikirkan bagaimana caranya ia bisa meminta maaf pada sahabatnya— Seoho.

Youngjo menghela napas, “Hahh.. Lagipun ini salahmu sendiri, kau terlalu sibuk sampai-sampai kau lupa tentangnya. Youngjo bodoh..”

Kemudian ia melihat sebuah toko bunga yang masih buka di seberang jalan. Sebuah ide muncul di kepalanya. Lalu ia langsung menyebrang jalan dengan terburu-buru.

Apakah dengan cara ini Seoho akan memaafkannya?

Semoga saja.


Seoho tengah membenah kamar di apartemennya. Setelah seharian menunggu tanpa kepastian ia pun ingin memanjakan diri sendiri, tapi sebelum itu harus membuat kamarnya serapih dan senyaman mungkin.

Ia ingin menangis semalaman mengeluarkan emosinya.

Benar-benar melelahkan, menunggu sesuatu yang sebenarnya pasti, tapi tidak begitu pasti.

Ia dijatuhkan oleh ekspektasinya sendiri.

Ia berharap terlalu banyak.

Padahal jelas kalau mereka hanya sekedar teman, tidak bisa menjadi lebih.

Seoho menghela napasnya kasar, menahan rasa sesak di dadanya. Jelas salahnya sendiri menaruh harapan begitu besar pada orang lain.

Ketika hendak menaruh bantalnya, ia mendengar suara bel pintunya berbunyi. Menyahut 'sebentarr' sambil berjalan menuju pintu, kemudian langsung terdiam ketika telah membuka dan mengetahui siapa yang bertamu ke rumahnya selarut ini.

..Youngjo?

Sedang apa dirinya di sini?

Selarut ini??

Pintunya kemudian ia ayunkan untuk menutupnya, namun langsung ditahan oleh yang lebih tua.

Ah, ayolah, ia sedang tidak ingin melihatnya, setelah apa yang terjadi hari ini.

Youngjo pun memaksa masuk, lalu menutup dan mengunci pintu di belakangnya. Mereka berdiri berhadapan di ruangan gelap yang hanya diterangi oleh cahaya bulan dan lampu dari dapur juga dari kamarnya.

“Sedang apa kau disini?” tanya Seoho.

“Bahasamu baku sekali..”

“Suka-suka,” balasnya ketus.

Youngjo hanya terkekeh melihatnya, lucu.

“Kau tau arti mawar merah kan?” kini Youngjo yang bertanya.

Tangannya tiba-tiba menyodorkan sebuah mawar ke Seoho. Sementara Seoho hanya menatapnya bingung.

Apa ini?

Permainan?

Jelas-jelas seharian tadi ia ditinggalkan menunggu sendirian, tanpa adanya kepastian yang jelas.

Dan sekarang, orang yang menghancurkan ekspektasinya, berdiri di depannya, menyodorkan bunga dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa?

Seoho hanya mengangguk sebagai jawaban.

Youngjo yang merasa tidak puas dengan jawabannya langsung bertanya, “Ngangguk doang?”

“Ya terus, gue jawab apa?”

“Bilang kek kalo kamu tau, gitu.”

“Iyaudah. Iya gue tau artinya, kenapa?”

Youngjo tiba-tiba mengambil sebelah tangan Seoho yang tengah memeluk bantalnya.

“Ya buat kamu.”

Tidak mau berharap lebih, ia kemudian bertanya, “Bohong ya?”

Mendapat reaksi seperti itu membuat Youngjo memegang dadanya sambil membulatkan matanya lucu. “Kok bisa mikir gitu??”

“Ya, lo pikir aja sendiri. Gue nungguin seharian penuh, lo kaga ada kabar, bilangnya bisa ketemuan di tempat itu, tapi lo ga dateng-dateng, lo lupa kan? Trus sekarang tiba-tiba berdiri di depan gue, nyodorin bunga mawar ke gue. Ya menurut lo gimana?” jelas Seoho.

”...Maaf. Tujuanku kesini mau minta maaf, sekalian konfes juga.. Dan ternyata emang bener dugaanku, kamu gabakal bisa maafin tingkahku hari ini. Trus sekarang ini ditolak kan?”

”...Gue gak marah sama lo, gue cuma ngerasa.. apaya, kecewa? Enggak ditolak.. Tapi kasih rentang waktu dulu, bisa? Gue pengen nenangin diri..”

Mata Seoho berkaca-kaca, ia ingin menangis. Terlalu banyak emosi.

Kemudian Youngjo melangkah mendekati Seoho, lalu mendekapnya di pelukannya.

“Iya, aku tau aku salah, maaf.”

Dan berakhir dengan Seoho yang menangis di dekapan yang lebih tua semalaman.


:D